Bagi saya, sebenar-benarnya sebuah
perjalanan adalah sebuah pertemuan dengan kesendirian. Kemudian ketika keduanya
saling bersinggungan dan mencapai pertautan yang tepat, yang muncul ke
permukaan hanyalah sebuah perenungan. Perjalanan dalam pikiran saya adalah
bukan tentang keindahan yang menjadi tujuan atau sekedar pemandangan memabukkan
dan mengundang decak kagum. Perjalanan itu adalah perenungan.
Perenungan tidak pernah memaksa saya
untuk menjadi sempurna. Perenungan adalah jalan keluar di tengah hari-hari yang
mungkin tidak akan pernah berakhir dengan tenang sampai detiknya yang paling
belakangan. Itulah mengapa saya amat gemar dengan sebuah perjalanan. Sebuah
perenungan seutuhnya.
Pada akhirnya, semuanya akan menjadi
kenangan. Menjadi bagian dalam ingatan yang tidak akan bisa dilupakan. Menyatu
dalam pikiran dan hati sampai nanti ketika menjalani hidup di masa depan. Semua
hal ini adalah tentang sebuah perjalanan. Tigabelas hari yang sangat berkesan,
dalam perkelanaan di Jawa Barat bagian tengah-selatan. Bersama bus tua yang
masih kokoh sampai bus berpenyejuk udara yang meninabobokan. Ditemani
nyamuk-nyamuk pesisir sampai burung-burung mata air yang berkelinjatan. Serta
hal-hal lain yang menemani perkelanaan yang saya lakukan.
Pada akhirnya, semua akan menjadi
kenangan, itu pasti.
Mulanya saya merencanakan sebuah
perjalanan panjang menyusuri kronik-kronik yang terpenggal di seluruh Pulau
Jawa, dari barat sampai tapal batasnya di timur. Waktu yang terbatas karena
harus membereskan banyak hal di kampus nyatanya memang menghentikan langkah
saya sehingga hanya sampai ujung tenggara dari provinsi Jawa Barat, tepatnya di
Pangandaran. Di waktu lain, pada kesempatan yang lain, saya berjanji untuk
menebus “dosa” kepada impian saya itu. Semoga saja.
Bogor. Bandung. Garut. Pulau Santolo.
Pangandaran. Citumang. Gunung Padang. Selama tigabelas hari.
No comments:
Post a Comment